Sunday 26 January 2014

obyek wisata dikota demak

TEMPAT WISATA DI KOTA WALI



Demak salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah ini memiliki julukan Kota Wali. Ya memang di Kota ini ada makam salah satu walisongo yaitu Sunan kalijogo. Selain Wisata religi di Kota ini juga terdapat pantai dan tempat wisata menarik lainnya. Apa saja Obyek wisata di Demak? berikut daftar beberapa tempat wisata yang ada di Demak :

Makam Sunan Kalijaga
makam-sunan-kalijaga
Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu wali penyebar agam Islam di Tanah Jawa ini dimakamkan di Jl. R. Sahid Kadilangu, Demak, Jawa Tengah, sekitar 1,5 Km dari Masjid Agung Demak menuju arah tenggara. Makam Sunan Kalijaga ini akan banyak dikunjungi peziarah pada saat malam Jumat Kliwon. Ditempat ini pula pada tanggal 10 Zulkijah dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.
Masjid Agung Demak
masjid agung demak
Masjid Agung Demak ini adalah masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid Agung Demak ini meruapakan ikon / landmark kabupaten demak. Terletak di Jalan Raden Patah yaitu terletak persis di barat alun alun Kota Demak. Masjid ini dibangun oleh para Wali Songo pada tahun 1478 pada masa pemerintahan Sultan Patah sekitar abad 15 Masehi. Secara arsitektural salah satu keistimewaannya adalah bentuk atapnya limas piramida bertingkat tiga yang menjadi khas bentuk masjid di Jawa, ini menunjukkan akidah islamiyah yaitu iman, Islam dan ihsan. Memiliki empat soko guru yang salah satunya konon dibuat dari tatal.
Pantai Morosari
pantai morosari
Pantai Morosari berada di wilayah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang berbatasan dengan Kota Semarang. Pantai Morosari merupakan tempat rekreasi baru yang dibuka pada tanggal 19 Januari 2006. Terdapat berbagai fasilitas fasilitas wahana permainan  yang layak untuk dicoba seperti Parasailing, Kayak, Canoe, Dragon Boat, Water Bike, dan Jetsky. Dan jika kalian mengajak anak anak biasanya akan senang bermain Dragon Boat, atau Water Bike. Selain itu kita juga bisa bermain air atau pasir bersama keluarga.
Jika kita berkunjung ke pantai morosari pada sore hari kita bisa menikmati indahnya sunset atau matahari tenggelam. Harga Tiket MAsuk ke pantai Morosari pun sangat terjangkau hanya Rp. 2000,- saja. Cukup Murah Bukan?
Pada kawasan yang memiliki lahan kurang lebih seluas 5 Ha ini dibangun beberapa sarana-sarana pendukung dengan disain bangunan yang bernuansa etnik / tradisional menggunakan atap alang-alang, seperti kebanyakan pada bangunan bangunan objek wisata yang ada di Pulau Bali pada umumnya.
Bangunan-bangunan fasilitas tersebut antara lain berupa :
- Bangunan Sea Food Restaurant berkapasitas 75 orang
- Bangunan Kantor Pengelola dan Counter Water Sport
- Bangunan Mushola berkapasitas 40 orang
- Bangunan Food Court / Tradisional Food berkapasitas 14 Gerobak Pedagang
- Bangunan Bale Bengong / Gazebo
- Bangunan Public Toilet beserta Bale Bengong
- Lahan parkir kendaraan roda empat dan roda dua yang luas.Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh Morosari Marine Recreation ini berupa Permainan Olah Raga Air / Water Sport, yaitu :
- 3 Buah Jetski Yamaha Wave Runner 700 cc berkapasitas 3 orang
- 1 Buah Banana Boat berkapasitas 5 orang
- 1 Buah Dragon Boat berkapasitas 20 orang
- 2 Buah Speed Boat berkapasitas 8 orang
- 6 Buah Sepeda Air Paus, Bebek, Anjing Laut
- 5 Buah Perahu Kayak Double
- 4 Buah Perahu Canoe Single
Selain 3 Obyek wisata diatas, Terdapat juga makam Raja- Raja dahulu diantaranya Raden Patah, Pangeran Trenggono, Arya Penangsang dan Syekh Maulana Maghribi yang berada di sebelah utara Masjid Agung Demak.
Untuk wisata kuliner di Demak kita bisa mencicipi Sengkulun, snack khas Kabupaten Demak yang dibuat dari bahan tepung ketan, santan kanil, gula pasir, garam dan pewarna. Dan juga menikmati manisnya Belimbing & Jambu Delima, buah belimbing yang besar dengan rasa yang manis dan segar merupakan buah khas Demak yang terdiri dari tiga jenis yaitu : Kapur, Kunir dan Jingga.



KANJENG SUNAN KALIJAGA



Perjalanan wisata religi di bulan Ramadan ini, tidaklah lengkap jika tidak mampir ke Desa Kadilangu, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dari Masjid Agung peninggalan Walisongo yang kesohor itu, letak Desa Kadilangu hanya berjarak 12 km arah timur laut dari pusat kota Demak, yang berjulukan Kota Wali. Di sinilah terdapat makam salah seorang wali termuda dan sekaligus tersohor, Sunan Kalijaga. Di kompleks makam yang luasnya sekitar 1 hektare, terdapat pula Masjid Sunan Kalijaga yang berdiri tahun 1532.

Di antara delapan wali lainnya, Kalijaga merupakan yang paling muda diangkat sebagai wali, memiliki ilmu paling tinggi, dan paling panjang usianya. Kalijaga konon lahir tahun 1455 dan wafat pada tahun 1586. Usianya mencapai 131 tahun. Namun sejumlah literatur menyebutkan, kelahiran maupun kematiannya tidak diketahui. Karena usianya yang panjang itu pula, Kalijaga disebutkan mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati.

Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Salah satu dari empat tiang kayu raksasa (sakaguru) di Masjid Agung Demak, merupakan karya Kalijaga, yang bukan terbuat dari kayu utuh, melainkan disusun dari beberapa potongan balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Kalijaga lahir dengan nama Raden Said, putra Arya Wilatikta (Adipati Tuban) dan Dewi Sukowati. Ia memiliki sejumlah nama panggilan, antara lain Lokajaya, Syeh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Mengenai asal-usul nama Kalijaga terdapat beberapa versi. Warga masyarakat Cirebon menganggap nama itu berasal dari Dusun Kalijaga di Cirebon. Kalijaga memang pernah tinggal di sana dan bersahabat erat dengan Sunan Gunungjati. Namun masyarakat di Jateng mengaitkan nama itu dengan kebiasaan Sang Wali yang senang melakukan tapa kungkum (bertapa dengan berendam diri di sungai/kali, sehingga muncul istilah ''jaga kali''. Tapi ada pula yang mengatakan kalau istilah itu berasal dari bahasa Arab, qadli dzaqa, untuk menunjuk statusnya sebagai penghulu suci kesultanan.

Kalijaga merupakan ulama yang paling lama menjalankan tugas dakwahnya. Dia dikenal sebagai murid kesayangan Sunan Bonang. Pola dakwah yang dikembangkannya mirip dengan guru sekaligus sahabatnya tersebut. Kalijaga juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah.


SEJARAH UMUM

Menyadari begitu kuatnya pengaruh Hindu-Jawa saat itu, Kalijaga tidak melakukan dakwah secara frontal, melainkan toleran pada budaya lokal. Menurutnya, masyarakat akan menjauh kalau diserang pendiriannya. Dengan pola ''mengikuti sambil memengaruhi'', dia mampu mendekati masyarakatnya secara bertahap. Prinsipnya, kalau ajaran Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama akan hilang. Tidak heran kalau metode Kalijaga dalam mengenalkan Islam berkesan sinkretis. Ia menggunakan seni ukir, seni suara suluk, dan gamelan sebagai sarana dakwahnya.

Kalijaga pun membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang sengaja ''diislamkan''. Sunan Giri lantas menentangnya, karena wayang beber pada masa itu menampilkan gambar manusia utuh yang tidak dengan sesuai ajaran Islam. Tidak kurang akal, Kalijaga mengkreasi wayang kulit, yang bentuknya jauh dari ujud manusia utuh. Inilah ijtihadnya di bidang fikih, dalam upaya melancarkan misi dakwahnya.

Baju takwa (koko) yang tren di kalangan muslim, atau perayaan sekatenan di Yogyakarta dan Solo, Garebeg Mulud, dan Layang Kalimasada disebut sebagai buah kreasi Kalijaga. Bahkan lanskap pusat kota berupa keraton, alun-alun, dengan dua beringin dan masjid, pun diyakini sebagai karyanya. Metode dakwah Kalijaga tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui dirinya. Di antaranya Adipati Kartasura, Kebumen, Banyumas, dan Pajang (sekarang Kotagede).

Sebelum wafat, Kalijaga berpesan agar jasadnya dimakamkan di atas tanah pemberian Raden Patah, yang berada di Desa Kadilangu. Di tempat itu pula, hingga saat ini tiap tanggal 10 Zulhijah, berlangsung ritual penyucian pusaka (penjamasan) peninggalan Kalijaga, antara lain Agemen Kyai Ontokusumo, Keris Kyai Crubuk, dan Keris Kyai Sirikan. Juru kunci kompleks makam Kadilangu, R Prayitno, mengungkapkan, makam Kadilangu berada di bawah pengelolaan Kasepuhan Ahli Waris Sunan Kalijaga yang dipimpin R Moh Soedioko. Kompleks makam ini ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai kota di Tanah Air hampir setiap hari.

Yang paling ramai, tercatat pada saat upacara penjamasan peninggalan Kalijaga, yang biasa digelar menjelang peringatan Hari Idul Adha. ''Kalau pada hari biasa, makam selalu ramai didatangi para peziarah pada hari Jumat Pon, Pahing dan Kliwon. Pintu pendapa menuju makam Sunan Kalijaga akan dibuka, dan para peziarah diizinkan masuk secara bergantian untuk bersembahyang di dalam makam. Makam dibuka dari jam 8 pagi hingga tutup jam 5 sore,'' ujar Prayitno yang merupakan juru kunci keempat, yang ditunjuk oleh Kasepuhan Ahli Waris Sunan Kalijaga.

Menurut Prayitno, selama Ramadan ini sebenarnya kompleks makam ditutup, namun karena umumnya peziarah tetap datang, maka makam tetap dibuka untuk umum. Kendati demikian, pintu masuk pendopo yang terbuat dari kayu jati harus ditutup, dan para peziarah hanya dapat bersembahyang di bawah anak tangga menuju pintu masuk, atau di sekitar kompleks yang berdiri makam para kerabat sunan.

Kompleks makam Kadilangu terdiri atas sembilan blok yang seluruhnya berdiri 175 makam. Makam Kalijaga sendiri terletak di blok satu bersama ayah, ibunya, Dewi Arofah Retno Djumilah, dan adik perempuannya, Dewi Rosowulan. Kadilangu, yang kering dan tandus, menjadi saksi bisu kejayaan dan perjuangan Sunan Kalijaga menyebarkan syiar Islam di Tanah Jawa.




Awal Terbentuknya Kadilangu (Demak)

awal terbentuknya kadilangu
1. Pertama
Pada zaman Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Prabu Brawijaya V, Raden Patah bersama dengan adiknya Aryo Bangah pergi dari Palembang ke Jawa dengan maksud mengabdi kepada Prabu Brawijaya V. Dalam perjalanan menuju Majapahit, mereka lebih dahulu berguru pada Sunan Ngampel (di Daerah Gresik). Setelah selesai berguru, Arya Bangah kemudian diangkat menjadi Adipati Terung. Tetapi Raden Patah (atas petunjuk gurunya) pergi ke arah barat untuk mendirikan masjid dan menyebarkan ajaran Islam.

Sampai di suatu hutan belukar terdapat rumput yang berbau wangi, Kemudian Raden Patah berhenti dan membuka hutan tersebut, serta mendirikan pemukiman dan membuat tanah pertanian. Daerah tersebut oleh Raden Patah di beri nama Glagahwangi. Dalam waktu singkat daerah tersebut menjadi daerah pemukiman dengan tanah pertanian yang sangat luas dan berganti nama menjadi Bintoro.

Prabu Brawijaya yang mengetahui hal itu, lalu mengukuhkan daerah tersebut dalam kekuasaan Majapahit. Selanjutnya daerah tersebut di beri nama Kadipaten Bintoro serta mengangkat Raden Patah menjadi Adipati Bintoro yang pertama. Dengan cepat Bintoro berkembang dan berganti nama kembali menjadi Demak.

Pada tahun 1472 Joko Said datang disekitar Demak, Joko Said berniat menyebarkan ajaran Islam. Raden Patah yang mendengar kedatangan Joko Said, kemudian menyuruh pengawal kerajaan untuk segera memanggilnya. Joko Said merupakan seorang muslim, dan ilmuwan (wali), serta dikenal dengan kepandaian ilmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang diperoleh Joko Said sewaktu berkelana, dianggap oleh Raden Patah akan berguna untuk kepentingan Kerajaan Demak.
Kedatangan Joko Said mengingatkan Raden Patah dengan perintah gurunya (Sunan Ngampel) yang belum terlaksana, yaitu untuk mendirikan masjid.

Pada tahun 1473 Raden Patah mengumpulkan seluruh wali yang ada di tanah Jawa, dan memberi perintah kepada Joko Said untuk memimpin para wali. Dengan alasan, Raden Patah menganggap kepandaian yang dimiliki oleh Joko Said dapat digunakan untuk mengatur dan menyelesaikan tugas. Joko Said mulai merencanakan pembangunan masjid, selanjutnya pada tahun yang sama juga masjid megah itu selesai dibangun. (sekarang masjid tersebut lebih dikenal dengan nama Masjid Agung Demak). Raden Patah sangat senang, selain masjid itu sudah berdiri dengan megah juga karena dengan tangan Joko Said sendiri dapat membuat karya besar (yang sampai hari ini masih ada, yaitu Soko Guru, adalah Soko atau kayu penyangga yang menjadi pilar penopang bangunan tengah masjid).

Raden Patah kemudian memberikan Joko Said hadiah tanah yang bebas dipilihnya dan akan menjadi kepemilikannya dan turunannya selama-lamanya. Pilihan Joko Said jatuh pada suatu hutan belukar yang letaknya di dataran rendah di dekat Demak, yang berbau “langu” (karena itu kemudian daerah tersebut dinamakan Kadilangu). Joko Said menetap di Kadilangu dan mulai membuka daerah tersebut. Daerah tersebut merupakan hutan belukar yang lebat pada awalnya, setelah dibuka dengan penuh perasaan oleh Joko Said daerah itu dalam waktu singkat berubah menjadi tanah-tanah pertanian yang subur, dan terciptalah 27 daerah baik desa dan kota.

Pada saat mulai menetap di Kadilangu Joko Said tidak menggunakan nama Joko Said, tetapi menggunakan nama baru yaitu Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sangat dihormati oleh penguasa maupun oleh rakyat kecil sekalipun. Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan intelektualnya yang sangat luar biasa dan kecerdasannya yang tinggi, di imbangi dengan sikap kelembutan, keramah-tamahan serta penyantun. Nilai-nilai dan sifat- sifat Sunan Kalijaga inilah yang membuat namanya sangat tersohor dan dijadikan sebagai tempat bertanya orang hampir diseluruh Jawa Tengah.

Pada tahun 1483 Kerajaan Majapahit mulai runtuh menjadikan Demak terabaikan. Pada tahun 1488 kemudian Raden Patah dinobatkan menjadi Sultan Demak. Seluruh perbuatan Raden Patah menjadi perbuatan hukum seorang raja, termasuk dalam pemberian hadiah kepada Sunan Kalijaga, karena salah satu sifat seorang raja bijaksana adalah seorang raja tidak boleh mengambil ludahnya sendiri, sehingga raja tidak boleh mencabut perintah baik terdahulu maupun yang akan terjadi. Pada tahun 1492 Raden Patah wafat dan dimakamkan di komplek pemakaman masjid.

Pada tahun 1500 sunan kalijaga wafat dan dimakamkan di Kadilangu. Sampai sekarang makamnya tetap dihormati oleh setiap orang Jawa, bahkan kaisar (Sunan) Solo dalam bulan puasa selau menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mengunjungi makam tersebut.

Setelah Sunan Kalijaga wafat kekuasaan Kadilangu beralih kepada anak cucunya turun-temurun menurut garis keturunan lurus kebawah samapi keturunan ketujuh dengan gelar “Panembahan”. Mulai keturunan ke delatan samapi keturunan ke duabelas dengan gelar “Pangeran Wijil”. Pangeran Wijil yang terakhir meninggal dunia pada tanggal 11 Oktobr 1880. (Surat Residen Semarang No. 11338/1 tanggal. 22 Desember 1880 kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda).

2. Tanah Kadilangu Pada Zaman Kolonial.
Menurut Surat Residen Semarang No. 11338/1 tanggal. 22 Desember 1880 kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, dahulu tanah kadilangu mempunyai luas meliputi 27 desa. Pada tahun 1816 waktu Pemerintahan Inggris 17 desa di Kadilangu diambil alih. Sehingga tanah di Kadilangu tinggal 10 Desa, yaitu: Kauman Kadilangu; Pampang Kadilangu; Pacol; Mandungan; Dakwos; Dukuh; Jraganan; Kahiringan; Krandon; dan Kenep. Dengan bentang luas keseluruhannya 519 7/8 bahu.

Pada tahun 1843 Pangeran Wijil V mengusulkan untuk menambah Desa Kemloko dalam wilayah Kadilangu. Tetapi Residen Semarang justru mengeluarkan Surat No. 11338/1 tanggal. 22 Desember 1880 kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Pada intinya Residen Semarang mengusulkan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda agar tanah-tanah di Kadilangu diambil alih saja, dengan alasan ditakutkan pada masa depan akan menjadi sebuah negara kecil di dalam negara.

No comments:

Post a Comment